Surat untuk Masa Depan #2

Subuh. Senin. 20 Agustus


      Setelah melakukan beberapa aktivitas. Entah apa yang mengusik hatiku, dalam diam aku menangis. Menahan banyaknya air mata yang mungkin akan keluar subuh ini. Aku rindu. Rindu ketika semua yang aku rindukan tidak seberarti sekarang. Aku terus berpikir tentang perkataan orang tuaku beberapa hari yang lalu soal kemungkinan pindah ke Sulawesi semakin besar. Aku takut. Takut akan perubahan yang sangat besar dalam hidupku. Timika. Hidupku. Aku takut lebaran kemarin, adalah lebaran terakhir aku di Timika. Timika kota kecil yang penuh arti. Kau tau Run? saat ini memang termasuk saat paling berat dalam hidupku, berkutat dengan masalah keuangan, keluarga, dan bahkan rasa rindu ini sebenarnya sudah cukup untuk membunuhku. Aku yang sekarang memang bukan tipikal orang yang bisa dengan mudah mencurahkan perasaanku di depan teman-temanku, entah mengapa. Run, aku tau saat kau membaca ini mungkin kau sudah cukup terbiasa dengan hal seperti ini, seperti kata orang, Pengalaman adalah Guru Terbaik, bukan? hehe tapi tenang Run, aku bukan tipikal orang yang cepat berputus asa, aku tau aku mampu, Allah SWT pun percaya aku mampu melewatinya. Bismillah !

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renjana Semu

CATATAN SINGKAT : YIRUMA dan KARYAnya

Tentang Hati